tag:blogger.com,1999:blog-19760996948812998782024-02-19T09:04:20.552+07:00INFOKES BEKASIAjang informasi Kesehatan di Kabupaten BekasiINFOKEShttp://www.blogger.com/profile/01183484090221044804noreply@blogger.comBlogger8125tag:blogger.com,1999:blog-1976099694881299878.post-32129232242487449922010-09-08T09:35:00.002+07:002010-09-08T09:35:47.091+07:00<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVbbURqSC2C_YIOWYoiXtUHY_KR-4_qD2zdxhCk0LojvfjfJAJ4Ju0NkHnbAMP7HDWmBq34fIHhJjAEcwBWVVnrml3kL2CuaSLKO4Tz8isNd6eD-k7S2mAZIlWLS0aI1bqc1dzyN4FGe-d/s1600/lebaran.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVbbURqSC2C_YIOWYoiXtUHY_KR-4_qD2zdxhCk0LojvfjfJAJ4Ju0NkHnbAMP7HDWmBq34fIHhJjAEcwBWVVnrml3kL2CuaSLKO4Tz8isNd6eD-k7S2mAZIlWLS0aI1bqc1dzyN4FGe-d/s400/lebaran.jpg" width="400" /></a></div>INFOKEShttp://www.blogger.com/profile/01183484090221044804noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1976099694881299878.post-70809355386988776502010-06-21T16:48:00.001+07:002010-06-21T16:52:35.779+07:00Sistem Informasi Geografis (Geographical Information System)<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi144VlaHs1vNsBfiGefg50xvsDF40jE_AV9XORG3YGZcMC2odW-YO_NcqTDDLvW6JvbtacHBMd1UaOahk9bb8GOpylR1l-3CZLHlLaWVEE5Ay5QvnWYymcm7JBZADSA87pX9kGxZnWsIjr/s1600/gis_layers.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi144VlaHs1vNsBfiGefg50xvsDF40jE_AV9XORG3YGZcMC2odW-YO_NcqTDDLvW6JvbtacHBMd1UaOahk9bb8GOpylR1l-3CZLHlLaWVEE5Ay5QvnWYymcm7JBZADSA87pX9kGxZnWsIjr/s200/gis_layers.jpg" width="191" /></a></div>Selain tingkat ekonomi, faktor kesehatan berperanan penting sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Semakin besar gangguan terhadap masalah kesehatan pada individu dan masyarakat, maka hal ini mengindikasikan belum stabilnya tingkat kesejahteraan suatu negara. Beberapa fenomena yang menunjukkan masih rendahnya kualitas kesehatan individu dan masyarakat, misalnya: penyebaran virus flu burung yang cukup cepat, besarnya tingkat kematian ibu melahirkan, penyakit cikunguya, demam berdarah, malaria, dan sebagainya. Fenomena tersebut belum termasuk penyakit yang bersifat ‘rutin’ menjangkiti atau istilahnya ‘puskesmas’ (pusing, keseleo, dan masuk angin), hampir setiap orang pernah merasakannya. <br />
<br />
Sebagian besar jenis penyakit berhubungan dengan aspek lingkungan/geographical/spatial/keruangan, karena salah satu sumber terjadinya penyakit tidak lepas dari faktor lingkungan. Sekedar contoh tentang penyakit Malaria. Sumber utama malaria adalah nyamuk malaria. Penyakit malaria tidak terlepas dari lepas dari pengaruh ekologi wilayah yang memungkinkan nyamuk berkembang cepat dan berpotensi kontak dengan manusia. Wilayah yang disukai yakni daerah genangan atau wilayah lembab. Selain itu faktor lingkungan yang turut mempengaruhi penyebaran malaria adalah penggundulan hutan, terutama hutan bakau di pantai. Akibat kerusakan lingkungan ini, nyamuk yang umumnya hanya tinggal di hutan dapat bermigrasi ke pemukiman manusia. Di daerah pantai, kerusakan hutan bakau dapat menghilangkan musuh-musuh alami nyamuk, sehingga perkembangbiakan nyamuk sangat cepat. <br />
<br />
<a name='more'></a>Kita tidak ingin masyarakat menjadi miskin secara ekonomi, dimana hal ini biasanya akan menjadi efek berantai dan berpengaruh ke tingkat kesehatan yang rendah. Adanya penyakit yang terus menerus menghantui masyarakat, haruslah diantisipasi sejak dini. Selain penanganan medis seperti ketersediaan obat cukup, rumah sakit, klinik, dokter dan perawat yang memadai, perlu penanganan ‘non medis’ berupa pemanfaatan teknik GIS. <br />
<br />
GIS (geographic information system) merupakan sistem berbasis komputer yang mampu mengelola, memanajemen, memanipulasi, dan menghasilkan output akhir dari sebuah data-data keruangan/spatial/geografis. Data dalam GIS ada dua yakni data spasial (peta/map) itu sendiri, dan data atribut berupa tabel/statistik/inf. Kedua data tidak dapat dipisahkan karena bersifat menerangkan dan diterangkan. Beberapa perangkat lunak GIS dapat mengelola dan mengolah dengan cepat dua jenis data tersebut. <br />
<br />
Produk peta sekarang ini semakin bervariasi terutama yang berjenis peta tematik. Peta tematik merupakan peta yang berisi tema-tema tertentu, misalnya peta hutan, peta penggunaan lahan, peta kawasan banjir, peta kawasan kumuh, peta daerah tergenang, dan lain sebagainya. <br />
<br />
Lalu apa hubungannya antara GIS dan Optimasi Kesehatan Masyarakat?. Kalau kembali ke keterangan di atas yang menyatakan bahwa penyakit berhubungan dengan aspek lingkungan/geographical/spatial/keruangan, maka faktor atau aspek lingkungan dapat dipetakan. Misalnya peta tentang daerah kumuh dan genangan yang merupakan sumber penyakit malaria. Dengan asumsi bahwa daerah itu merupakan sumber penyakit malaria, maka daerah tersebut dapat digolongkan sangat rawan. Sebaliknya, lingkungan yang relatif aman dari genangan tergolong tidak rawan terhadap penyakit malaria. Bila digabungkan dengan data kepadatan penduduk, maka output dari peta tersebut dapat berupa peta rawan penyakit malaria. Analisa yang dapat diperoleh adalah seberapa besar jumlah penduduk yang beresiko terkena penyakit. Selain itu ‘analisa jarak’ juga dapat dilakukan, seekor nyamuk secara teori dapat terbang 2-3 Km dari sumbernya. Dalam GIS, pembuatan jarak 2-3 km dari sumber penyakit sangat mudah dilakukan. Bila dihubungkan lagi dengan peta sebaran rumah sakit, klinik, tenaga dokter, dan tindakan pencegahan yang dilakukan, dapat dihasilkan kesimpulan atau output tentang optimasi kesehatan masyarakat (optimal atau tidak mencapai sasaran). <br />
<br />
<br />
<br />
Data atribut yang ada di GIS tidak terpisahkan dengan data grafis. Data atribut berisi keterangan yang ada dalam peta, misalnya peta berupa area genangan/tempat kumuh, keterangan yang menyatakan bahwa itu sebagai genangan/tempat kumuh inilah yang dinamakan data atribut. Seorang analis GIS dengan mudah dapat melakukan query atau pemanggilan data atribut, misalnya dia ingin mengetahui dimana saja tempat-tempat yang rawan penyakit sekaligus berapa jumlah penduduknya, dengan melakukan query maka tempat yang rawan penyakit sangat mudah ditemukan, dan terdeteksi di peta. <br />
<br />
Para pengambil kebijakan dibidang kesehatan sebaiknya memahami tindakan ‘non medis’ berupa pemanfaatan GIS ini. Dengan GIS dapat memahami karakter wilayah, kontrol dini sebelum terjun dilapangan, dan akhirnya dapat mengambil kebijakan tentang kesehatan yang tepat sasaran.</div>INFOKEShttp://www.blogger.com/profile/01183484090221044804noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1976099694881299878.post-51582521899434635222010-05-27T14:43:00.000+07:002010-05-27T14:43:25.161+07:00Pelayanan Kesehatan yang Bermutu<div style="text-align: justify;">Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan kode etik profesi meskipun diakui tidak mudah namun masih dapat diupayakan, karena untuk ini memang telah ada tolok ukurnya, yakni rumusan-rumusan standar serta kode etik profesi yang pada umunya telah dimiliki dan wajib sifatnya untuk dipakai sebagai pedoman dalam menyelenggarakan setiap kegiatan profesi. <br />
<br />
Tetapi akan bagaimakah halnya untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan ?. Sekalipun aspek kepuasan tersebut telah dibatasi hanya yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk yang menjadi sasaran utama pelayanan kesehatan , namun karena ruang lingkup kepuasan memang bersifat sangat luas, menyebabkan upaya untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu tidaklah semudah yang diperkirakan. <br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><a name='more'></a>Sesungguhnyalah seperti juga mutu pelayanan, dimensi kepuasan pasien sangat bervariasi sekali. Secara umum dimensi kepuasan tersebut dapat dibedakan atas dua macam: <br />
<br />
1. Kepuasan yang mengacu pada penerapan standar dan kode etik profesi. <br />
<br />
<div style="text-align: justify;">Dalam hal ini ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan terbatas hanya pada kesesuaian dengan standar dan kode etik profesi saja. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standar dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien. Dengan pendapat ini maka ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu hanya mengacu pada penerapan standar serta kode etik profesi yang baik saja. Ukuran-ukuran yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai: <br />
<br />
<br />
a. Hubungan tenaga kesehatan/perawat-pasien (Nurse-patient relationship). <br />
b. Kenyamanan pelayanan (Amenitis). <br />
c. Kebebasan melakukan pilihan (Choice). <br />
d. Pengetahuan dan kompetensi teknis (Scientifik knowledge and technical skill). <br />
e. Efektifitas pelayanan (Effectives). <br />
f. Keamanan tindakan (Safety). <br />
<br />
<br />
2. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan. <br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam hal ini ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan dikaitkan dengan penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan . Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan semua persyaratan pelayanan dapat memuaskan pasien. Dengan pendapat ini mudahlah dipahami bahwa ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu lebih bersifat luas, karena didalamnya tercakup penilaian kepuasan pasien mengenai: <br />
</div><div style="text-align: justify;">a. Ketersediaan pelayanan kesehatan (Available). <br />
b. Kewajaran pelayanan kesehatan (Appropriate). <br />
c. Kesinambungan pelayanan kesehatan (Continue). <br />
d. Penerimaan pelayanan kesehatan (Acceptable). <br />
e. Ketercapaian pelayanan kesehatan (Accesible). <br />
f. Keterjangkauan pelayanan kesehatan (Affordable). <br />
g. Efesiensi pelayanan kesehatan (Efficient). Mutu pelayanan kesehatan (Quality).</div>INFOKEShttp://www.blogger.com/profile/01183484090221044804noreply@blogger.com13tag:blogger.com,1999:blog-1976099694881299878.post-76125806979740882212010-05-26T23:15:00.001+07:002010-05-27T00:07:26.478+07:00Quality Assurance<div style="text-align: justify;">Rumah Sakit dan Puskesmas sebagai unit tempat pelayanan kesehatan, bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Demikian juga dengan upaya pemberian pelayanan keperawatan di Rumah Sakit yang merupakan bagian integral dari upaya pelayanan kesehatan, dan secara langsung akan memberi konstribusi dalam peningkatan kualitas hospital care. <br />
<br />
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, banyak syarat yang harus dipenuhi, syarat yang dimaksud mencakup delapan hal pokok yakni: tersedia (available), wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), dapat dicapai (accesible), dapat dijangkau (affordable), efisien (efficient) serta bermutu (quality). <br />
<br />
<br />
<a name='more'></a>Kedelapan syarat pelayanan kesehatan ini sama pentingnya, namun pada akhir-akhir ini dengan semakin majunya ilmu dan teknologi kesehatan serta semakin baiknya tingkat pendidikan serta keadaan sosial ekonomi masyarakat, tampak syarat mutu makin bertambah penting. Mudah dipahami karena apabila pelayanan kesehatan yang bermutu dapat diselenggarakan, bukan saja akan dapat memperkecil timbulnya berbagai risiko karena penggunaan berbagai kemajuan ilmu dan teknologi tetapi sekaligus juga akan dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang semakin hari tampak semakin meningkat. <br />
<br />
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya yang dapat dilakukan, jika upaya tersebut dilaksanakan secara terarah dan terencana dikenal dengan nama program menjaga mutu (Quality Assurance Program). <br />
<br />
<br />
MUTU <br />
<br />
Mutu adalah gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan kebutuhan kepuasan pelanggan (ASQC dalam Wijoyo,1999). <br />
<br />
Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang atau jasa yang dihasilkan, didalamnya terkandung sekaligus pengertian akan adanya rasa aman dan terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang atau jasa yang dihasilkan tersebut (Din ISO 8402, 1986). <br />
<br />
Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984). Dari beberapa pengertian diatas, segeralah mudah dipahami bahwa mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya telah terlebih dahulu dilakukan penilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, totalitas dari wujud serta ciri dan kepatuhan para penyelenggara pelayanan terhadap standar yang telah ditetapkan. <br />
<br />
Dalam kenyataan sehari-hari melakukan penilaian ini tidaklah mudah, penyebab utamanya ialah karena mutu pelayanan tersebut bersifat multi-dimensional. Tiap orang, tergantung dari latar belakang dan kepentingan masing-masing dapat saja melakukan penilaian dari dimensi yang berbeda. Misalnya penilaian dari pemakai jasa pelayanan kesehatan, dimensi mutu yang dianut ternyata sangat berbeda dengan penyelenggara pelayanan kesehatan ataupun dengan penyandang dana pelayanan kesehatan. <br />
<br />
Menurut Roberts dan Prevost (1987) perbedaan dimensi tersebut adalah: <br />
<br />
1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan. <br />
<br />
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas dalam memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi antara petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramah-tamahan petugas dalam melayani pasien, atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita oleh pasien. <br />
<br />
2. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan. <br />
<br />
Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan ilmu dan teknologi kesehatan, standar dan etika profesi, dan adanya otonomi profesi pada waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. <br />
<br />
3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efesiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan, atau kemampuan dari pelayanan kesehatan mengurangi kerugian dari penyandang dana.</div>INFOKEShttp://www.blogger.com/profile/01183484090221044804noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1976099694881299878.post-6943566722434586352010-05-22T19:34:00.003+07:002010-05-26T23:22:01.806+07:00Citarum Kembali Meluap<div style="text-align: justify;">Pada tanggal 21 Mei 2010 sungai citarum kembali meluap dan menggenangi desa-desa yang berada di sepanjang sungai ini. Sejak pukul 14.00 WIB banjir mulai menggenangi dusun I Desa Labansari Kecamatan Cikarang Timur yang berada di tepi sungai citarum. Sebanyak 330 rumah di RT. 01/01, 02/01, 01/02 dan RT.02/02 tergenang air setinggi 50-100 cm. Sebanyak 50 jiwa atau 20 KK mulai mengungsi di tempat-tempat yang aman dan sudah dibuka Posko Kesehatan Satlak PBP Kecamatan Cikarang Timur.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyuyvy7aI6UyDJhhoWI6Wx6bolS83lJvewVAgpdXGqFMumc3AkeskOx3xm8T0TpwHwZWSZxLm9zt1a-0udKYQwMWxlY4tOi9y-E91O36kUkfuEF8iWuHsiPMj3tsX0tdxQo2Eum92uq6zo/s1600/IMG_0006.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyuyvy7aI6UyDJhhoWI6Wx6bolS83lJvewVAgpdXGqFMumc3AkeskOx3xm8T0TpwHwZWSZxLm9zt1a-0udKYQwMWxlY4tOi9y-E91O36kUkfuEF8iWuHsiPMj3tsX0tdxQo2Eum92uq6zo/s320/IMG_0006.JPG" /></a></div><div style="text-align: justify;">Disaat yang sama, banjir juga menggenangi empat desa di Kecamatan Muaragembong. Ke-empat desa tersebut yaitu Desa Pantai Bakti, Pantai Bahagia, Pantai Sederhana dan Pantai Mekar. Jumlah rumah yang terendam sekitar 1245 rumah dengan 9432 Jiwa (2321 KK).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dari pemantauan tim dari Dinkes Kab.Bekasi hari selasa tanggal 22 Mei 2010, air masih menggenangi wilayah Kecamatan Muaragembong. Luapan air cukup deras meluap melewati bantaran sungai dan terus menggenangi desa-desa yang berada lebih rendah. </div>INFOKEShttp://www.blogger.com/profile/01183484090221044804noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1976099694881299878.post-27166974307752253182010-05-12T11:05:00.002+07:002010-05-26T23:22:01.808+07:00Pelaksanaan Bintek Pengenalan Internet dan Jaringan<div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTAfsf8bBhLbtD5KqVHDxjaGP4PsHrKaWlx0AFOvxhAb7MxcIRjWQVhyQKrJdo6sTQ56aEeX2gLSUdzSQyvn78zzZA6NgXVzetRhmM7b8odAsWOTU9uHPnNpuYpTF9Yqho9XBIbWA1qInh/s1600/foto+bintek.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTAfsf8bBhLbtD5KqVHDxjaGP4PsHrKaWlx0AFOvxhAb7MxcIRjWQVhyQKrJdo6sTQ56aEeX2gLSUdzSQyvn78zzZA6NgXVzetRhmM7b8odAsWOTU9uHPnNpuYpTF9Yqho9XBIbWA1qInh/s320/foto+bintek.jpg" /></a></div><br />
Bertempat di Grand Zuri Hotel Jababeka Cikarang, Seksi Data dan Informasi Kesehatan Kabupaten Bekasi mengadakan Bintek pengenalan Internet dan Jaringan bagi petugas pengelola data Puskesmas, Labkesda, UPTD Kesehatan Kerja, UPTD Poli Pemda dan Pengelola Data Program Dinkes Bekasi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bintek dilaksanakan selama 2 hari mulai hari senin tanggal 10 Mei 2010 dan berakhir hari Selasa tanggal 11 Mei 2010. Peserta berjumlah 42 orang, dan nara sumber berasal dari Seksi TIK Diskes Porpinsi Jawa Barat, Diskominfo Kab.Bekasi, dan Kabid Promkes Dinkes serta Tim Pengelola Data di Seksi Data dan Infokes.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Materi yang disajikan meliputi :</div><div style="text-align: justify;">- Bank Data berbasi Web</div><div style="text-align: justify;">- Kebijakan SIK Kabupaten Bekasi</div><div style="text-align: justify;">- Website Pemda Bekasi </div><div style="text-align: justify;">- Jaringan komputer di Puskesmas</div><div style="text-align: justify;">- Tutorial pembuatan email dan Blog Puskesmas</div><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;"><br />
</div>INFOKEShttp://www.blogger.com/profile/01183484090221044804noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1976099694881299878.post-71152270442487929762010-05-11T07:39:00.002+07:002010-05-27T00:09:10.645+07:00PROSES PELAKSANAAN MANAJEMEN PELAYANAN POSYANDU TERHADAP INTENSITAS POSYANDU<div style="text-align: justify;">Pembangunan kesehatan bertujuan mewujudkan manusia yang sehat, cerdas, produktif dan mempunyai daya saing yang tinggi. Pemerintah berupaya mewujudkan tujuan tersebut melalui rencana meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang paling potensial dalam sebuah sistem manajemen terpadu. Sistem manajemen terpadu terdiri dari perencanaan, pelaksanaan pengetahuan, dan evaluasi yang diselenggarakan secara sistematik dan menyeluruh. Selanjutnya, sistem manajemen tersebut dikembangkan secara komprehensif di berbagai tingkat administrasi kesehatan sebagai bagian dari pengembangan administrasi moderen. </div><br />
<div style="text-align: justify;">Sistem Kesehatan Nasional merupakan cermin upaya bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945. Undang-undang no. 23 tentang kesehatan bab I pasal 1 yang menyatakan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis2. Sehat menurut World Health Organization adalah keadaaan bugar secara lengkap baik fisik, mental dan sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan. Pembangunan dibidang kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. </div><br />
<div style="text-align: justify;"><br />
<a name='more'></a>Upaya yang ditempuh oleh pemerintah untuk mewujudkan kesehatan bagi semua orang di tahun 2000 health for all sesuai kesepakatan dalam Konferensi Alma Ata ditempuh melalui perawatan kesehatan primer. Perawatan kesehatan primer adalah suatu konsep rumit yang menuntut penggunaan seefisien mungkin berbagai sumber daya dengan melakukan pilihan dan menentukan prioritas yang memerlukan pengambilan keputusan oleh masyarakat4. Dalam men ingkatkan jangkauan pelayanan kesehatan, sampai dengan tahun 2000, telah dibangun sarana kesehatan berupa puskesmas sebanyak 7.277 unit, dan 1.818 dilengkapi dengan unit rawat inap serta puskesmas pembantu sebanyak 21.587 unit5. Posyandu merupakan perpanjangan tangan Puskesmas yang memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat. Posyandu sebagai wadah peran serta masyarakat, yang menyelenggarakan sistem pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas manusia secara empirik telah dapat memeratakan pelayanan bidang kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi pelayanan imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak5. Peran posyandu sangat penting karena posyandu sebagai wahana pelayanan berbagai program. Guna meningkatkan derajat kesehatan serta melihat kemunduran kinerja posyandu. Mendagri menginstruksikan program revitalisasi posyandu melalui surat edaran no. 411.3/536/SJ tanggal 3 Maret 1999. Revitalisasi posyandu adalah upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak, yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi kerja dan kinerja posyandu. Pelaksanaannya diselenggarakan dengan dukungan Lembaga Kesehatan Masyarakat Desa, tim penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga, Lembaga Swadaya Masyarakat, sektor swasta dan sektor terkait serta lembaga donor yang berminat. </div><br />
<div style="text-align: justify;"><br />
Hambatan yang dialami dalam meningkatkan sumber daya manusia yang paling di rasakan saat ini adalah dampak dari krisis. Akibatnya terjadi perubahan pola hidup masyarakat ekonomi lemah, sehingga menyebabkan penurunan daya beli dan konsumsi pangan. Dampak yang dirasakan adalah meningkatnya kejadian gizi buruk pada anak-anak dan meningkatnya angka kesakitan dan kematian serta meningkatnya penyakit infeksi yang memperparah keadaan gizi penderita. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia turut mempengaruhi aktivitas posyandu, hal ini terlihat dengan adanya penurunan aktivitas kader di posyandu dan terlihat dari banyak kader yang drop out. Kurangnya pembinaan, baik dari petugas maupun dari intitusi yang ada di desa, mengakibatkan turunnya aktivitas posyandu di lapangan. Kenyataan ini mengakibatkan keberadaan posyandu makin terpuruk (banyak posyandu yang tidak aktif). Di masyarakat muncul berbagai pendapat yang intinya terbagi 2 yaitu: 1). Masyarakat yang merasa bahwa posyandu sudah tidak cocok lagi dan tidak mungkin (sulit) untuk dilaksanakan, 2). Masyarakat yang merasa posyandu masih sangat dibutuhkan dan masih banyak cara yang dapat dilaksanakan untuk mengaktifkan posyandu. </div><br />
<div style="text-align: justify;">Pengembangan program posyandu dan program keluarga berencana di masa depan memerlukan desentralisasi. Salah satu komponen dasar dari pembangunan sumber daya man usia adalah status gizi. Masalah gizi mendapat perhatian serius dari pemerintah. Arah kebijakan pembangunan jangka panjang tahap II di awal repelita VI, isi dan kebijakan seperti ini menyangkut pembangunan ekonomi yang merupakan pembangunan sumber daya manusia bersifat kompleks, menyeluruh karena menyangkut semua aspek kehidupan manusia1. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat memerlukan banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, salah satu diantaranya yang dipandang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang optimal, merupakan salah satu syarat agar tercipta pelayanan kesehatan yang bermutu. Peningkatan dan pemeliharaan mutu pelayanan kesehatan secara khusus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah9, di bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial yang mengamanatkan bahwa dalam meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan, sarana dan prasarana dalam bidang medis. Pelayanan kesehatan yang bermutu diselenggarakan tersebut akan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan kesehatan yang pada akhirnya kepuasan pasien dapat tercapai sesuai yang diharapan. </div><br />
<div style="text-align: justify;">Pelayanan kesehatan ibu dan anak melalui puskesmas dan puskesmas pembantu makin efektif didukung oleh peran serta masyarakat dalam bentuk pos pelayanan terpadu. Posyandu merupakan bentuk peran serta masyarakat yang nyata khususnya melalui Pembinaan Kesejahteraan Keluarga dan organisasi wanita lainnya. Peningkatan peran serta Pembinaan Kesejahteraan Keluarga tersebut memungkinkan posyandu sebagai lembaga masyarakat dapat berkembang pesat. Pada repelita III baru tercatat sebanyak 25.000 posyandu. Pada akhir repelita IV menjadi lebih dari 213.000 posyandu dan pada tahun 1996 tercatat sekitar 244.000 posyandu. Hasil guna semakin meningkat lagi setelah dalam repelita V dilaksanakan kebijakan penempatan bidan di desa. Tujuannya adalah agar di setiap desa setidaktidaknya terdapat seorang bidan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, baik sebagai tenaga puskesmas maupun sebagai perorangan. </div><br />
<div style="text-align: justify;">Pelayanan kesehatan terpadu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun, balai kelurahan. Pelayanan posyandu adalah kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pemberantasan penyakit men ular dengan imunisasi, penanggulangan diare dan gizi yang di lakukan penimbangan balita. Sasaran penduduk posyandu adalah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan usia subur dan balita. Program posyandu merupakan strategi jangka panjang untuk menurunkan angka kematian bayi infant mortality rate, angka kelahiran bayi birth rate, dan angka kematian ibu maternal mortality rate turunnya Infant mortality rate, birth rate, maternal mortality rate di suatu daerah merupakan standart keberhasilan pelaksanaan program terpadu di suatu wilayah tersebut. Untuk mempercepat penurunan angka tersebut diperlukan peran serta masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan posyandu karena posyandu adalah milik masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan ditujukan untuk kepentingan masyarakat </div>INFOKEShttp://www.blogger.com/profile/01183484090221044804noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1976099694881299878.post-53678899941484774002010-05-08T22:43:00.000+07:002010-05-11T00:34:16.788+07:00Bintek Pengenalan Internet dan Jaringan<div style="text-align: justify;">Kemajuan teknologi informasi dalam era globalisasi semakin hari semakin kian bertambah pesat. Hal ini ditandai dengan semakin mudahnya orang mendapatkan informasi melalui dunia internet / web. Demikian pula dengan data-data tentang kesehatan, semuanya dapat dengan mudah diakses oleh semua pihak yang memerlukannya. <br />
<br />
Sarana internet / web juga tidak hanya berfungsi untuk menampilkan data maupun informasi saja, tetapi juga dapat digunakan sebagai media dalam mengelola data – data mentah yang berasal dari Puskesmas dan jejaringnya untuk selanjutnya diproses menjadi suatu informasi dalam satu pengelolaan data yang berbasis web khususnya di situs Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. <br />
<br />
<a name='more'></a>Seiring dengan dikeluarkannya UU no 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi untuk publik, maka sudah selayaknya Puskesmas sebagai salah satu pusat pelayanan kesehatan di masyarakat, juga dituntut untuk menyajikan data-data tentang pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya tidak hanya dalam bentuk profil maupun laporan tekstular belaka, namun juga dapat disajikan dalam berbagai bentuk informasi yang lebih menarik di dunia maya dan seluruh orang di seluruh dunia dapat mengakses data atau informasi tersebut. <br />
<br />
Oleh karena itu, pengenalan dan penggunaan Internet serta jaringan mutlak diperlukan oleh petugas Puskesmas untuk publikasi dan pengelolaan data di dunia maya sehingga akan mempermudah pengelolaan data kesehatan tanpa dibatasi ruang dan waktu. Kapanpun dan dimanapun petugas pengelola data Puskesmas dapat mengakses dan mengelola data tersebut sepanjang terhubung dengan internet. Komunikasi data antara Puskesmas dengan Dinas Kesehatan Kabupaten maupun dengan Dinas Kesehatan Propinsi, juga akan berjalan lebih cepat dan dapat diminimalisir terjadinya redudansi data yang berakibat kurang validnya data. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka diperlukan suatu bimbingan teknis pengenalan internet dan jaringan bagi petugas UPTD Kesehatan di Kabupaten Bekasi, khususnya petugas pengelola data dan informasi kesehatan.</div>INFOKEShttp://www.blogger.com/profile/01183484090221044804noreply@blogger.com1